Social Icons

April 21, 2009

Mengapa kita tertawa ketika mendengar lelucon?



Ada yang tahu gk? Apa bahasa manusia yang bersifat universal? Ini petunjuknya: ekspresi paling populernya adalah ha-ha,he-he, hi-hi, dan ho-ho.

Tawa memang benar-benar bahasa yang sangat universal. Bahkan orang yang sangat sedih, kadang tertawa kecil ketika melihat kucing gendut yang menjungkirkan piring, atau film lama dari Charlie chaplin atau pun film Mr.Bean.
Belakangan ini para ilmuwan mulai mempelajari tawa. Bagaimana perasaan kita karenanya, perubahan apa yang dihasilkan dalam tubuh, dan bagaimana kemungkinan evolusinya. Walaupun mereka belum memiliki semua jawabannya, yang mereka temukan adalah tawa merupakan salah satu dari sedikit hal yang benar-benar bagus bagi kita seperti rasanya.
Saat kanak-kanak, kata seorang ilmuwan, kita tertawa lebih dari 400 kali sehari. Sedangkan sebagai orang dewasa, katanya, hanya 15 kali. Namun, kita mungkin tertawa jauh lebih sering daripada itu, kalau kita memasukkan juga tawa yang muncul secara alamiah ketika kita bicara. Orang tertawa sebelum menceritakan kisah lucu, atau untuk menekankan apa yang baru mereka katakana, lucu atau tidak. Para pendengar juga tertawa sepanjang percakapan sebagai cara ramah untuk menghargai si pembicara. Jadi salah satu alasan kita tertawa mungkin sebagai cara memperlancar percakapan dan komunikasi di antara kita.
Tawa juga menular, seperti halnya menguap. Seseorang yang membuat lelucon di ruangan yang tenang bisa memulai reaksi berantai, dengan seluruh barisan orang mendadak terbahak-bahak tidak terkendali.
Hmm… apa ya yang membuat kita tertawa saat mendengar lelucon? Ternyata saat mendengar lelucon sisi kiri otak mulai beraksi, secara intelektual mulai menganalisis lelucon. Kemudian sisi kanan otak bergabung untuk menemukn pola keseluruhan dalam lelucon. kerusakan pada sisi kiri otak kadang-kadang menyebabkan ketidakmampuan total untuk menganggap apapun lucu.
Aktifitas otak menyebar ke bidang yang berhubungan proses informasi dari indra kita. kemudian Gelombang otak jenis “DELTA” terbentuk. Dan akhirnya (menurut hasil dari penelusuran EEG elektroensefalogram, rekam otak), gelombang “kejutan” memuncak saat otak mengerti leluconnya, dan tawa pun dimulai. So, jangan ceritakan lelucon pada pengemudi mobil yang kamu tumpangi. Karena ketika otak menghasilkan banyak gelombang DELTA, perhatian kita bisa teralih., dan kita tidak berkonsentrasi pada apa yang terjadi di sekeliling kita. Tawa seharusnya diberi label peringatan : “JANGAN CEKIKIKAN SAAT MENGOPERASIKAN ALAT BERAT.” Hehehehehe… :D :D :D

Menurut penelitian, tawa juga memperbaiki peredaran darah, mengurangi nyeri, dan menurunkan tingkat hormon stress dalam tubuh. Tentu saja, kita tidak tertawa karena kita berpikir itu bagus bagi kita, seperti halnya makan sayuran. Kita tertawa karena terlepas dari semua tragedinya. Well, ternyata dunia masih merupakan tempat yang LUCU.

penduduknya Yang Mana Ya?

Perbandingan antara jumlah warga Negara dan domba di Negara Australia dan New Zealand bisa bikin kita geleng-geleng kepala. Bayangin aja, dengan jumlah warga yang berkisar 17 juta penduduk, Australia punya sekitar 150 juta domba. Di New Zealand, terdapat sekitar 70 juta domba. Jumlah ini gak sebanding banget dengan jumlah penduduk yang hanya mencapai 4 juta orang aja. Hmmm…jangan-jangan beberapa tahun lagi, domba-domba menggusur para warga nieh… atau bakal gantian domba yang beternak manusia….wahh…gawatttt?!?!!! :o :o :o

BEBEK ATAU ANJING???


hayooo...ada yang tahu enggak,
hewan apa yang Bentuknya kayak bebek tapi punya suara kayak anjing menyalak.

kira-kira hewan Apakah itu??? :t :t :t :#


Jawabannya adalah Antpitta Avis Canis Ritgley. Burung unik berwarna hitam putih ini ditemukan oleh seorang ahli burung atau ornithologist, bernama Robert s. Ridgley pada tahun 1998. Robert menemukan burung yang bentuknya hampir mirip kayak bebek ini saat sedang berada di pegunungan andes, ekuador, amerika selatan. Keunikan lainnya adalah bahwa burung antpitta merupakan burung terbesar yang pernah ditemukan sepanjang 50 tahun terakhir.

Sejarah Musik


Sejak jaman dahulu musik tidak lepas dari kehidupan manusia. Berabad-abad silam orang telah mengenal bunyi-bunyian. Pada periode zaman purba, suku-suku primitive telah mengenal aneka tetabuhan dan bunyi-bunyian untuk keperluan upacara dan ritual lainnya. Sampai sekian lamanya musik akrab dengan kehidupan manusia tetapi tak pernah ada yang menuliskannya.

Pada awalnya musik berdasarkan pada satu nada atau lagu. Kemudian beberapa nada digabungkan menjadi satu nyanyian atau sepotong musik. Komponis pertama yang berhasil menggabungkan aneka nada adalah Palestrina dari Italia dan William Byrd dari Inggris.

Pada babak berikutnya dari nada yang digabungkan tadi berkembang menjadi serangkaian musik yang disebut Opera, yaitu sebuah cerita yang diiringi musik dan dipadu dengan dialog dan nyanyian. Atau dengan kata lain Opera adalah gabungan musik dan kata yang dirangkai menjadi sebuah cerita.

Komponis besar Opera pertama adalah Monteverdi. Selanjutnya muncul komponis besar lainnya, seperti Purcell, Wagner, Veri, Puccini, dan Richard Strauss. Kesenian ini berkembang pesat pada masa-masa kerajaan di Eropa sekitar abad ke-18. jenis music ini juga tumbuh subur di lingkungan gereja.

Karya musik juga dapat berupa sebuah instrument musik saja, atau dapat digabungkan dalam sebuah orchestra. Music orchestra juga disebut musik klasik. Komponis Musik Klasik adalah, Sebastian Bach, Handel, Hayden, Mozart, Bethoven.